Pada tanggal 8 Desember 1941 pasukan Jepang menyerang Pearl Harbour, pusat pertahanan Amerika Serikat di Pasifik. Selama enam bulan sejak jatuhnya Pearl Harbour itu Jepang melakukan gerakan ofensif. Sejak itu pula serangan diarahkan ke Indonesia untuk melumpuhkan pasukan Hindia Belanda. Pada bulan Januari 1942 terjadi pertempuran seru di Laut Jawa yang membawa keunggulan armada Jepang. Dalam bulan yang sama Ambon dan seluruh Maluku meskipun dipertahankan oleh 2400 pasukan Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL) dan 1000 pasukan Australia tetapi kekuatan Jepang tidak dapat dibendung. Pendaratan Jepang dimulai dari Indonesia bagian Utara. Pada tanggal 12 Januari Tarakan menyerah pada Jepang yang kemudian diususul oleh Balikpapan. Dalam waktu yang bersamaan Manado jatuh karena tidak mampu bertahan lama. Kendari yang merupakan pengontrol untuk Indonesia bagian Timur dilumpuhkan. Setelah itu pasukan Jepang meloncat ke barat dengan menyerang Pontianak. Pada waktu itu Jawa hanya dipertahankan oleh 25000 tentara KNIL, 15.0000 tentara sekutu, 5500 personil administrasi dan 6000 Angkatan Udara Kerajaan Inggris, dan masih dibantu 3000 tentara Australia dan 500 tentara Amerika Serikat. Meskipun tampaknya kekuatan sekutu untuk mempertahankan Jawa cukup tetapi karena serangan Jepang yang cepat dan menakjubkan maka dalam sekejap pasukan Sekutu mampu dilumpuhkan.
Pada tanggal 1 Maret 1942 pasukan Jepang di bawah Panglima tertinggi (Saiko Sikikan), Letnan Jenderal Imamura Hitsoji mendarat di teluk Banten, kemudian Jepang mendaratkan pasukannya di Indramayu dan pantai dekat Rembang. Kekuatan pasukan Jepang di Jawa Barat berjumlah 20.000 orang. Pasukan Jepang yang berpangkalan di Banten dan Indramayu dengan cepat menyerang Kalijati. Batavia tidak luput dari serangan bom pasukan udara Jepang. Tanggal 7 Maret Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta sudah diduduki Jepang. Pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati ditandatangani penyerahan kekuasaan dari Jenderal Ter Poorten, Panglima pasukan Hindia Belanda, kepada Jenderal Imamura. Sejak itu pula kekuasaan Jepang secara resmi berada di Indonesia.
Penyerahan Hindia Belanda kepada Jepang tanpa syarat ini membuktikan betapa lemahnya pasukan Belanda yang tidak lebih dari Beambtestaat atau Negara yang diatur oleh pegawai-pegawai yang hanya mencari keuntungan saja sedangkan pertahanannya sama sekali tidak diperhatikan. Akibat yang fatal itu memang harus diterima secara wajar. Meskipun dalam kenyataannya keunggulan pasukan Jepang diakui pihak sekutu tetapi setengahnya timbul protes dari beberapa pihak yang merasa tidak puas karena penyerahan yang begitu cepat tanpa diakhiri dengan pertempuran sengit. Dikatakannya bahwa Ter Poorten mengambil keputusan untuk penyerahan tanpa konsultasi lebih dulu dengan pihak lain seperti pasukan sekutu, khususnya pasukan Australia dan pasukan KNIL (Onghokham, 1987: 220-280).

Diposting oleh AUFKLARUNG Minggu, 21 Maret 2010

0 komentar

Posting Komentar

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "